Kamis, 01 Desember 2011

Batik Wonogiren


Batik Wonogiren is a kind of batik which applies cracking technique with Soga color on its white background, having naturalistic motif.
This batik was first made around 1966 in Solo. The outstanding Batik Wonogiren motifs are Sruni, Api Revolusi, Cattleya and Pring Sedapur.
Further Development of this batik, besides applying naturalistic design, many traditional motifs are made using this technique.

Rabu, 30 November 2011

Batik Wonogiren 
Meskipun tidak memiliki label sebagai kota budaya, Kabupaten Wonogiri memiliki potensi budaya dan ekonomi berupa Batik Wonogiri yang tersentra di Kecamatan Tirtomoyo. Tidak kalah dengan kota-kota penghasil batik lainnya di Jawa Tengah seperti Pekalongan, Solo, dan Rembang, kota Sukses memiliki ciri khas tersendiri dalam kreasi corak batik, yakni corak bledak, dasaran (kuning kecoklatan), Sekaran (lukisan bunga), dan babaran (guratan pecah). Corak-corak ini pun telah dituangkan dalam Keputusan Bupati Wonogiri Nomor 431/03/501/1993 untuk mengembangkan sektor ekonomi kreatif ini.
Pasang surut perkembangan produksi batik tulis Wonogiren berawal pada tahun 1910 ketika para abdi dalem Keraton Mangkunegaran Surakarta bertugas di Tirtomoyo.
Kedatangan salah satu juragan batik asal Solo, Martodikromo, pun semakin mengembangkan produksi batik di wilayah itu. Kini, ratusan perajin yang tersebar di beberapa desa di Tirtomoyo menjadi penerus dan bergelut dengan usaha batik. 
Tidak hanya berkutat pada empat motif batik yang ditetapkan oleh Bupati pada 1993 lalu, para perajin kini mengembangkan berbagai motif batik seperti truntum, sidomukti, sidoasih, sidomulyo, wahyu tumurun, latar putih, bledak, parang rusak, dan parang barong. Para wisatawan yang ingin membeli cinderamata berupa aneka kreasi batik dari Tirtomoyo pun tersedia di gerai-gerai di rumah perajin. Kain, pakaian, dan tas batik dapat menjadi buah tangan yang menarik dari kawasan pesisir ini. (http://www.promojateng-pemprovjateng.com)

Jumat, 26 Agustus 2011

HASIL JAYA: Melestarikan batik khas Wonogiri

HASIL JAYA: Melestarikan batik khas Wonogiri: B atik, kini menjadi tren tak hanya di Soloraya, namun sudah ke tingkat nasional bahkan mancanegara. Bahkan menurut rencana 2 Oktob...

Kamis, 25 Agustus 2011

Melestarikan batik khas Wonogiri

       Batik, kini menjadi tren tak hanya di Soloraya, namun sudah ke tingkat nasional bahkan mancanegara.   Bahkan menurut rencana 2 Oktober 2009 mendatangkan UNESCO akan mengakui batik sebagai karya bangsa Indonesia. Dengan demikian, masyarakat Indonesia tidak akan kehilangan seni budaya adiluhung tersebut. Salah seorang pelestari batik Wonogiren, Ny. Sugeng Rahayu saat ditemui Espos di rumahnya, Senin (7/9/09) menyatakan ketertarikannya menekuni batik tulis dikarenakan generasi muda sedikit yang mau menekuninya.
          Warga Joho Lor, Giriwono, Wonogiri ini mengaku menekuni dunia batik tulis sejak 1978. " Namun, pada tahun 1990 sempat terhenti karena mengalami dampak krisis moneter (krismon) dan akhirnya kami menekuninya lagi sekitar 10 tahun belakangan ini."
          Dari ketekunnya itu, dia kini memiliki dua tenaga terampil membatik di rumahnya dan perajin rumahan. Perempuan kelahiran Klaten 10 Maret 1956 ini menyatakan ketekunannya dalam batik Wonogiren karena mendapat motivasi dari Ketua PKK Kabupaten Wonogiri, Ny. Sumarmo. "Kami pernah membuat batik-batik pada umumnya, namun oleh Ibu Wakil Bupati diminta membuat batik khas Wonogiren. Sejak saat itulah kami menekuni batik Wonogiren. " Dari ketekunannya itu, omzet per bulannya mencapai 100 potong. Untuk pangsa pasar, Ny. Sugeng mengaku tidak kesulitan. Pasar yang menunggu, diantaranya Bali, Aceh, Surabaya, Semarang, lokalan Wonogiri ataupun DIY. "Semua proses pembatikan hingga jadi dilakukan dirumah kami. Maka dari itu kami pun membuka outlet bernama Hasil Jaya".
           Dia mengaku juga menerima pesanan batik sesuai dengan motif yang diinginkan pemesan. Harga per lembar kain batik tulis Wonogiren antara Rp.50.000,- hingga Rp. 300.000,-. Dijelaskan oleh Ny. Sugeng, ciri khas batik Wonogiren adalah pecahan atau guratan-guratannya. Dia mengaku hasil yang diperoleh cukup menggembirakan karena bisa mencukupi kebutuhan sehari-hari. "Pejabat di Wonogiri juga telah memesan. Demikian juga untuk seragam pemerintahan ataupun sekolah, Seperti BKD, AkBid, dan lain-lainnya. (SOLOPOS, Selasa Wage, 08 September 2009)

"